Saturday, December 27, 2008

DI ATAS PELANGI CINTA

SINOPSIS DI ATAS PELANGI CINTA

Ada dua orang laki-laki bersaudara kandung, namun mereka terpisah sejak kanak-kanak karena kondisi ekonomi orang tuanya yang miskin. Parman, adalah anak yang dipelihara oleh Pakde dan Budenya yang juga miskin namun tetap dalam ajaran dan didikan agama yang taat, sedangkan adiknya Bunawan dipelihara oleh ibunya namun semua berjalan apa adanya tanpa ada dasar dan didikan agama.Waktu yang bergulir hingga mereka dewasa membuat mereka menjadi pribadi yang berbeda pula.
Keduanya bertemu kembali setelah dewasa dan bersama-sama merantau ke Malaysia mencari kerja. Namun dalam setiap kegiatan, tindakan dan keputusan yang diambil selama mereka merantau selalu saja bertentangan, bahkan sampai pernah mereka bersaing merebut hati seorang gadis, dan berakhir dengan kejadian yang miris. Salah satunya berhasil dalam merantau dan telah menjadi manajer pada perusahaan Galangan kapal yang ada di Malaysia dengan penghasilan yang menggiurkan, sedangkan yang satunya pulang kampong dan bekerja sebagai mandor biasa pada perusahaan kayu lapis dengan penghasilan yang tak seberapa.
Selama perantauan, mereka juga bertemu banyak rintangan dan tantangan, namun bagaimanakah mereka menghadapinya ? Apakah bekal agama yang dimiliki Parman sudah cukup untuk mengatakan bahwa keberhasilannya itu karena alasan agamanya saja, ataukah karena keuletan, kesabaran dan pelangi cinta yang mampu dia tebarkan dalam setiap perjalanannya ?”. Sementara itu, apakah Bunawan tidak terlalu sukses hanya karena dia tidak memiliki landasan agama yang kuat, ataukah dia kurang ulet, kurang sabar dan kurang memiliki pelangi cinta yang bisa ditebarkan selama perjalanan hidupnya ? Silahkan pembaca menyimpulkan sendiri, sifat apakah yang mendorong keberhasilan dan kegagalan itu ! Dan semoga, terutama bagi para perantau dan pencari kerja dapat mengambil contoh dan hikmah dari setiap kejadian yang muncul dalam cerita ini.

SEPENGGAL RENUNGAN CINTA
Kemiskinan selalu dekat dengan kemungkaran terutama jika seseorang tidak mampu mempertahankan iman, tetapi sebenarnya kemiskinan dapat juga menjadi sumber kesuksesan dan kebaikan jika seseorang mampu tidak menggadaikan iman dalam kehidupan. Ada manusia yang membawa kemiskinan dalam kemungkaran, dan ada pula yang membawanya dalam kebaikan. Kemiskinan yang banyak dipahami orang adalah kekurangan materi yang disandang, ketidakmampuan menghidupi kehidupannya dan banyak pengertian lainnya yang mengarahkan kemiskinan itu mendekati kemungkaran. Banyak dari kita yang lupa bahwa kemiskinan yang perlu dihindari adalah kemiskinan iman, perasaan dan cinta.


Iman merupakan dasar jiwa bagi manusia untuk menghadapi semua tantangan kehidupan. Kekurangan pandangan, kekurangan harapan, kekurangan tujuan dan kekurangan kepercayaan adalah sebagian dari kelemahan dan kebodohan manusia melawan hamparan kehidupan yang penuh cobaan. Pandangan akan mengarahkan manusia pada suatu harapan, sehingga mereka bisa menetapkan tujuan hidup yang ingin dicapai. Untuk itu dibutuhkan suatu kepercayaan dan keyakinan akan adanya suatu kekuatan yang mengatur segalanya dengan cinta dan kasih sayang, Maha Kasih dan Maha Penyayang.
Setiap manusia ciptaan Tuhan memiliki perasaan dan seharusnya perasaan itu yang mengendalikannya dalam jalan kebenaran. Namun, saat ini begitu banyak jiwa yang membuang perasaan dalam meniti kehidupannya, begitu banyak jiwa tenggelam dalam keserakahan, begitu banyak jiwa yang berenang dalam fitnah yang mengerikan. Seakan tidak ada lagi cinta hakiki dalam diri kita sebagai insan, padahal semuanya telah dilekatkan oleh Sang Pencipta semenjak matanya terbuka melihat keindahan dunia ini. Cinta pada diri sendiri, orang tua, keluarga, masyarakat, lingkungan, pekerjaan, harta, dan jabatan selalu menghiasi sisi kepribadian seorang anak manusia. Mampukah kita mengendalikan semua cinta itu…? Mampukah kita semua menghiasinya dengan pernak-pernik keimanan..? Dimanakah semua cinta itu kita letakkan…?
Pada cerita ini Parman hanyalah seorang anak manusia yang pandai dan mengerti dimana meletakkan cintanya pada Sang Pencipta. Dia mampu melihat dan memikirkan begitu banyak cinta yang dilahirkan oleh berbagai sikap manusia, tetapi di sisi lain begitu banyak pula manusia yang tidak mengerti dimana cinta itu harus dimuliakan. Semua cinta yang ada diantara batas langit dan bumi ini, hanyalah kamuflase yang dibentuk oleh butiran-butiran cinta yang terpantul di langit biru milik Sang Maha Kuasa, tempat dimana seharusnya kita menyerahkan segala cinta, Di atas Pelangi Cinta.
Setiap anak manusia tentu pernah melihat dan mengagumi indahnya pelangi berwarna-warni yang di gantung oleh Allah SWT sebagai lukisan keindahan di langit yang luas, namun semua itu hanya sementara dan cepat sekali sirna. Keindahan sebenarnya adalah berada pada Sang Pencipta-nya yang tahu komposisi pembentuk keindahan itu. Marilah kita mempelajari sifat-sifat keindahan cinta yang diciptakannya agar kita dapat meraih kemenangan kekal selamanya.
Merah,Kuning,Hijau di langit yang biru. Alangkah indahnya semua itu, seindah dan setulus dukungan yang penulis peroleh dari orang-orang tercinta yang mendukung terbitnya cerita ini. Special thanks to : kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu mertua, Saudaraku tercinta : Mas Santoso, Syamsuri, Bekti Susanti, Yuliarsih, Harjanti, Fajar Sulistyono, serta keluarga besar lainnya yang memberikan semangat penuh cinta dan keikhlasan sehingga penulis telah mampu melepaskan kegerahan yang selama ini terjadi saat melihat suka dan duka pekerja Indonesia yang melintasi batas Negara untuk merubah dan meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya.
<

Read More......

CUPLIKAN NASKAH NOVEL DI ATAS PELANGI CINTA : DAPATKAN SEGERA!!

Parman melepaskan rindunya pada Pak Sahar dengan bercerita tentang kekagetannya dengan perkembangan yang terjadi di kota Nunukan. ”Aku kaget melihat keadaan Nunukan, kotanya lebih ramai dari dulu ya, Kak ?”ungkapnya.

”Begitulah, Man, sekarang sudah jaman otonomi daerah, sudah banyak perubahan. Kalau kamu jalan ke Bumi Sedadap dan melihat Kantor Bupatinya, wah...megah ! Bangunannya menghadap ke Malaysia, seolah memberi isyarat pada orang Malaysia bahwa sebenarnya kita juga bisa membangun seperti mereka. Hanya kita perlu waktu. Maklumlah, orang Indonesia terlalu banyak, Man ” jawab Pak Sahar panjang lebar.

Parman terkagum paham dengan semua kemajuan yang disampaikan Pak Sahar. ”Kalau begitu, Bupatinya hebat dong, Kak ?” sela Parman penasaran.

”Jelas dong, Man..! Tidak gampang membangun Kabupaten yang luas ini, apalagi kamu kan tahu kalau Nunukan ini tempat lewatnya TKI” balas Pak Sahar bangga.

”Siapa Bupatinya, Kak ?” tanya Parman ingin tahu. ”Itu lho, Man, Haji Hafid yang pengusaha ” jawab Pak Sahar memperjelas. ”Wah, hebat ya, Kak, Nasibnya orang kita tidak tahu. Beliau itu kan orang Bone, Kak ?” ucapnya. ”Itulah namanya demokrasi, Man ! Siapa saja punya hak dan kewajiban yang sama di depan hukum.

”Kalau Tarakan bagaimana, Kak Sahar ?” Parman berusaha mendapatkan gambaran tentang Tarakan. ” Kamu kan besok lusa mau ke Tarakan, kamu lihat saja sendiri ” jawab Pak Sahar agak kecapekan. Namun Parman tidak sabar untuk mendapatkan penjelasan dan terus mendesak Pak Sahar untuk bercerita.


”Baiklah, Tarakan juga sudah maju dan ramai, sudah ada pusat perbelanjaan, hotel berbintang, bahkan sudah punya Universitas sendiri, lucunya....Universitas yang berada di bukit pantai Amal itu juga mengahadap ke Malaysia, seolah memberi isyarat yang hampir sama dengan Kantor Bupati Nunukan. Banyak orang yang tidak menyadari hal itu. Anakku yang tua sekarang ngajar di sana”.

Parman bangga, namun masih penasaran. Pak Sahar yang melihat adik iparnya masih bingung dengan kemajuan itu melanjutkan perkataannya,”Apa kamu gak tanya Walikotanya sekalian, Man ?”

Parman malah balik bertanya”Walikota itu apa, Kak Sahar ?” Pak Sahar geleng-geleng kepala melihat adik iparnya yang sudah kelamaan di Malaysia sehingga lupa dengan sistem pemerintahan di negeri asalnya.

”Begini, Man, Dulu waktu kamu pertama di sini, hanya ada satu Bupati, yaitu Bupati Bulungan. Nah, sekarang sudah berdiri sendiri, Nunukan menjadi Kabupaten, sedangkan Tarakan menjadi Kota, posisi pemerintahannya sama saja. Kalau di Malaysia disebut Datuk Bandar alias Mr. Mayor”jawab Pak Sahar.

Parman bengong, lalu mulutnya mengucapkan,”Ooooh, itu toh maksudnya, Kak ? Terus yang jadi Walikotanya siapa ?” Pak Sahar menjelaskan bahwa Walikotanya adalah Dr. Yusuf SK.

Bukankah beliau dokter yang pernah mengobati demamku sewaktu mampir ke Tarakan dulu, ya Kak ?” tanya Parman kembali penasaran.

Iya, Man, itulah namanya nasib dan rejeki orang kita tidak tahu, kamu sendiri siapa yang sangka bisa jadi manajer di perusahaan besar seperti itu padahal ijasahmu cuma SD ? Tapi Kak Sahar bangga karena kamu masih tetap sederhana dan rasa ingin tahumu masih tetap besar seperti dulu ”jawab Pak Sahar semakin panjang lebar, kemudian menyuruh adik iparnya itu segera mandi karena hari sudah sore.

Read More......
SELAMAT DATANG DI WEBSITE NOVEL DIATAS PELANGI CINTA

 

Design CHE