Saturday, December 27, 2008

CUPLIKAN NASKAH NOVEL DI ATAS PELANGI CINTA : DAPATKAN SEGERA!!

Parman melepaskan rindunya pada Pak Sahar dengan bercerita tentang kekagetannya dengan perkembangan yang terjadi di kota Nunukan. ”Aku kaget melihat keadaan Nunukan, kotanya lebih ramai dari dulu ya, Kak ?”ungkapnya.

”Begitulah, Man, sekarang sudah jaman otonomi daerah, sudah banyak perubahan. Kalau kamu jalan ke Bumi Sedadap dan melihat Kantor Bupatinya, wah...megah ! Bangunannya menghadap ke Malaysia, seolah memberi isyarat pada orang Malaysia bahwa sebenarnya kita juga bisa membangun seperti mereka. Hanya kita perlu waktu. Maklumlah, orang Indonesia terlalu banyak, Man ” jawab Pak Sahar panjang lebar.

Parman terkagum paham dengan semua kemajuan yang disampaikan Pak Sahar. ”Kalau begitu, Bupatinya hebat dong, Kak ?” sela Parman penasaran.

”Jelas dong, Man..! Tidak gampang membangun Kabupaten yang luas ini, apalagi kamu kan tahu kalau Nunukan ini tempat lewatnya TKI” balas Pak Sahar bangga.

”Siapa Bupatinya, Kak ?” tanya Parman ingin tahu. ”Itu lho, Man, Haji Hafid yang pengusaha ” jawab Pak Sahar memperjelas. ”Wah, hebat ya, Kak, Nasibnya orang kita tidak tahu. Beliau itu kan orang Bone, Kak ?” ucapnya. ”Itulah namanya demokrasi, Man ! Siapa saja punya hak dan kewajiban yang sama di depan hukum.

”Kalau Tarakan bagaimana, Kak Sahar ?” Parman berusaha mendapatkan gambaran tentang Tarakan. ” Kamu kan besok lusa mau ke Tarakan, kamu lihat saja sendiri ” jawab Pak Sahar agak kecapekan. Namun Parman tidak sabar untuk mendapatkan penjelasan dan terus mendesak Pak Sahar untuk bercerita.


”Baiklah, Tarakan juga sudah maju dan ramai, sudah ada pusat perbelanjaan, hotel berbintang, bahkan sudah punya Universitas sendiri, lucunya....Universitas yang berada di bukit pantai Amal itu juga mengahadap ke Malaysia, seolah memberi isyarat yang hampir sama dengan Kantor Bupati Nunukan. Banyak orang yang tidak menyadari hal itu. Anakku yang tua sekarang ngajar di sana”.

Parman bangga, namun masih penasaran. Pak Sahar yang melihat adik iparnya masih bingung dengan kemajuan itu melanjutkan perkataannya,”Apa kamu gak tanya Walikotanya sekalian, Man ?”

Parman malah balik bertanya”Walikota itu apa, Kak Sahar ?” Pak Sahar geleng-geleng kepala melihat adik iparnya yang sudah kelamaan di Malaysia sehingga lupa dengan sistem pemerintahan di negeri asalnya.

”Begini, Man, Dulu waktu kamu pertama di sini, hanya ada satu Bupati, yaitu Bupati Bulungan. Nah, sekarang sudah berdiri sendiri, Nunukan menjadi Kabupaten, sedangkan Tarakan menjadi Kota, posisi pemerintahannya sama saja. Kalau di Malaysia disebut Datuk Bandar alias Mr. Mayor”jawab Pak Sahar.

Parman bengong, lalu mulutnya mengucapkan,”Ooooh, itu toh maksudnya, Kak ? Terus yang jadi Walikotanya siapa ?” Pak Sahar menjelaskan bahwa Walikotanya adalah Dr. Yusuf SK.

Bukankah beliau dokter yang pernah mengobati demamku sewaktu mampir ke Tarakan dulu, ya Kak ?” tanya Parman kembali penasaran.

Iya, Man, itulah namanya nasib dan rejeki orang kita tidak tahu, kamu sendiri siapa yang sangka bisa jadi manajer di perusahaan besar seperti itu padahal ijasahmu cuma SD ? Tapi Kak Sahar bangga karena kamu masih tetap sederhana dan rasa ingin tahumu masih tetap besar seperti dulu ”jawab Pak Sahar semakin panjang lebar, kemudian menyuruh adik iparnya itu segera mandi karena hari sudah sore.

0 comments:

SELAMAT DATANG DI WEBSITE NOVEL DIATAS PELANGI CINTA

 

Design CHE